Mahasiswa Teknik Fisika ITB Berhasil Meraih Grand Prize pada Ajang Internasional i-CAPS Bersama Dengan Timnya

15 April, 2019

Mahasiswa Teknik Fisika ITB Berhasil Meraih Grand Prize pada Ajang Internasional i-CAPS Bersama Dengan Timnya

BANDUNG, tf.itb.ac.id –  Dwi Astuti (Teknik Fisika, 2015), Rumanda Engala Kapisa (Teknik Mesin, 2015), dan Slamet Zarkasih (Arsitektur, 2015) sukses meraih penghargaan Grand Prize dalam kompetisi International Student Joint Capstone Design Project (i-CAPS) dan International Student Multidisciplinary Design Camp (d-CAMP) yang diselenggarakan dari bulan Januari hingga bulan Oktober 2019.

Pada kompetisi ini mereka bersama dua anggota lainnya yang berasal dari Kwangwoon University ditantang untuk bekerja sama dalam mendesain produk inovasi yang menjawab permasalahan Taiwan.
Dalam waktu yang relatif singkat dan latar belakang keilmuan yang berbeda setiap anggota, Dwi beserta teman-temannya berhasil mengembangkan produk Guiding Stick yang merupakan suatu alat multifungsi yang dapat digunakan sebagai penerjemah, penuntun jalan dengan roda, dan fitur tambahan berupa tongsis (tongkat narsis).
Dipilihnya desain berbentuk tongkat ini agar alat ini juga bisa digunakan kaum disabilitas. Trotoar di Taiwan belum dilengkapi dengan penanda jalan bagi kaum disabilitas seperti trotoar di jalan-jalan besar di Indonesia. Sehingga pada saat berjalan diatas trotoar menjadi sulit karena harus ada pendamping atau meraba-raba jalan. Alat ini dinilai efektif untuk kaum disabilitas jika berjalan sendirian diatas trotoar karena dengan Guiding Stick ini pengguna dituntun dengan adanya fitur roda pada alat. Fitur roda ini diatur menggunakan motor agar menyesuaikan kecepatan normal manusia.
“Ide-ide ini muncul ketika kami diberikan tugas untuk mencari permasalahan sembari berkeliling Taiwan, ” kata Dwi. Dwi dan tim melihat bahwa sedikit sekali adapetunjuk jalan berbahasa internasional. Ini menyulitkan turis asing mancanegara yang mayoritas tidak mengerti alfabet Cina. Oleh karena itu, tim merancang alat penerjemah yang mampu membaca tulisan alfabet tersebut dengan bantuan kamera.
Selain itu, turis sulit untuk mengandalkan aplikasi maps dengan pertimbangan kurang nyaman dan berbahaya jika digunakan saat berjalanan di sekitar Taiwan. Ditambah lagi jika menggunakan gawai, saat di persimpangan jalan mereka harus berhenti terlebih dahulu untuk mengecek rute selanjutnya.
Dwi sendiri sebagai mahasiswa Teknik Fisika banyak berperan dalam desain dan penentuan material. “Saya memang banyak berperan dalam penentuan fungsi desain dan pemilihan modul elektronik sih, ” ungkap Dwi. Pada desain ini, mereka menggunakan modul mini-komputer seperti Raspberry Pi dalam proses kerjanya. Material dari desain ini juga menjadi krusial karena harus memperhatikan kepentingan wisatawan. Ini termasuk dalam kenyamanan grip(pegangan), keringanan, dan kegunaan yang luas.
Untuk itu, Guiding Stick hadir dengan fitur yang mampu menuntun penggunanya pergi ke tempat yang diinginkan. Dengan hanya menyebutkan tempat yang akan dituju, Guiding Stick menerima input tersebut melalui speaker dan setelah itu akan menuntun pengguna dengan bantuan roda. Pengguna dapat dengan mudah mengikuti Guiding Stick untuk sampai tempat yang dituju. Pada fitur ini, alat didukung oleh GPS dan tersedia pada jaringan online maupun offline.
Kedepannya, tim ini akan kembali lagi berkompetisi di acara puncak iCaps pada Agustus 2019
Berita diambil dari itb.ac.id dengan beberapa perubahan