Pengalaman KP di CERN

16 September, 2013

CERN merupakan pusat penelitian Particle Physics terkemuka di dunia, terkenal karena memiliki akselerator partikel paling canggih dan mutakhir yaitu LHC (Large Hadron Collider). Dengan dukungan dari 110 negara yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan pengembangan kompleks penelitian paling canggih di dunia, CERN memberikan banyak kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan akan asal-usul alam semesta seperti penemuan partikel Higgs boson (partikel dasar yang menyusun seluruh partikel yang ada di dunia ini), SuperSymmetry (prinsip adanya hukum dasar yang melandasi seluruh hukum dan fenomena dunia), serta Quark-Gluon Plasma (memiliki energy sebesar Black Hole namun ukuran dan massanya jauh lebih kecil).

Sudah menjadi impian saya untuk pergi ke CERN karena saya sangat tertarik dengan teori dan penelitian mereka akan Parallel Universe dan fenomena ruang-waktu seperti teleportasi dan mesin waktu. Penemuan Higgs-boson pada tanggal 4 Juli 2012 juga membuat saya ingin merasakan langsung bagaimana bekerja di pusat penelitian tercanggih di dunia ini. Pada bulan Oktober 2012 kemarin, salah satu teman saya membuat postingan di grup akademik HMFT (Himpunan Mahasiswa Fisika Teknik) mengenai kesempatan mengikuti CSSP (CERN Summer Studentship Program) yaitu program internship yang terdiri dari proyek dan lectures yang dapat diikuti oleh mahasiswa yang diterima. Saya sangat tertarik untuk mengikuti program ini, karena memang saya sudah bermimpi ingin mengunjungi CERN sejak lama, apalagi kesempatan bekerja disana. Segera saja saya mencari informasi mengenai program ini di careers at CERN (jobs.web.cern.ch). Disana saya mencari informasi mengenai program CSSP ini. Kemudian, saya mendaftar secara online dengan membuat akun di site tersebut, mengisi formulir pendaftaran online dimana kita harus memberikan informasi seperti spesifikasi pelajaran yang kita dalami di universitas, mengapa kita tertarik untuk mengikuti program ini, bidang apa yang ingin kita dalami di CERN, 3 bidang yang menjadi focus spesialisasi kita, dan biodata pribadi. Selanjutnya, kita juga diminta untuk mengirimkan Curriculum Vitae beserta surat rekomendasi dari 2 dosen jurusan kita.

Langkah selanjutnya adalah menunggu pengumuman yang baru keluar akhir April 2013. Menunggu pengumuman ini sebenarnya cukup riskan karena bulan April sebagian besar pendaftaran KP di dalam negeri sudah penuh sementara kesempatan diterima di CERN cukup kecil. Namun saya bertahan untuk tidak mendaftar di tempat lain karena saya sangat ingin diterima di CERN. Sekitar bulan Februari 2013, Bapak Suharyo Sumowidagdo, satu-satunya peneliti Indonesia di CERN menghubungi saya. Beliau mengatakan bahwa melalui shortlist selection yang dilakukan oleh Pak Haryo bersama pihak LIPI yang dipimpin oleh Bapak Laksamana Tri Handoko, saya termasuk salah satu orang yang lolos untuk menjadi kandidat yang akan dicalonkan ke CERN untuk diseleksi lebih lanjut oleh Professors Board di CERN. Kemudian, pada akhir Maret 2013, Pak Haryo memberikan pengumuman tak resmi kepada saya dan 2 mahasisqwa lainnya (Muhammad Firmansyah Kasim – Teknik Elektro 2009 dan Imre Nagi – Teknik Elektro 2010), bahwa kami bertiga merupakan wakil Indonesia terpilih untuk mengikuti program internship di CERN. Karena ini merupakan pertama kalinya Indonesia mengikuti program ini, kami sekaligus menjadi wakil pertama Indonesia di CERN.

Penerimaan kami di CSSP, menurut Bapak Handoko dari LIPI, menjadi pendukung kerjasama antara CERN dengan Indonesia (Menristek, DIKTI, dan LIPI) yang akan dimulai akhir tahun 2013 ini. Oleh karena itu, kami juga memikul tanggung jawab untuk menunjukkan performansi sebaik-baiknya.

Sebagai Non-Member States, mahasiswa yang mengikuti CSSP umumnya tidak dibiayai oleh CERN sehingga kami harus mengandalkan negara yang membiayai kami (melalui DIKTI). Namun, menurut pengumuman dari Pak Haryo, saya berhasil menjadi salah satu dari 30 orang summer student CSSP yang dibiayai oleh CERN dari 800 pendaftar. CERN membiayai biaya perjalanan, akomodasi, dan biaya hidup dengan total 5200 CHF (sekitar 57 juta rupiah) untuk biaya hidup selama 2 bulan ditambah biaya perjalanan yang akan diberikan pada akhir masa internship.

Menurut keterangan dari LIPI dan Pak Haryo, dalam proses seleksi ini, pertimbangan utama adalah spesifikasi studi mahasiswa di universitas. CERN terutama mencari mahasiswa yang memiliki pengalaman di bidang fisika partikel, nuklir, eksperimental, ataupun engineering. Kemudian, selanjutnya adalah prestasi akademik dan CV. Untuk proses shortlist, pengurutan berdasarkan pencapaian IPK dan juga melihat prestasi non-akademik (lomba, organisasi, kerja, dan sebagainya).

Sebagai summer student, kami memiliki 2 tanggung jawab yang menjadi rutinitas sehari-hari kami yaitu menghadiri lectures yang diadakan selama 3 jam pada pukul 9.15 sampai 12.30 setiap hari Senin-Jumat dan juga menyelesaikan proyek pribadi kami selama 2 bulan kami berada disini. Pada akhir masa internship, kami diwajibkan untuk membuat laporan mengenai proyek kami untuk CERN dan juga diberi kesempatan optional untuk menjelaskan proyek kami kepada summer student lainnya dan peneliti di CERN pada Poster Session ataupun Presentation Session. Untuk lectures, materi yang diberikan berkaitan dengan fisika partikel, trigger and data acquisition, dan engineering. Pemberi lecture tersebut adalah para professor dan Ph.D. yang terkemuka dalam bidangnya masing-masing yang berasal dari berbagai penjuru dunia seperti dari Cambridge, Harvard, Purdue, dan masih banyak lagi. Materi yang diberikan memang sangat tinggi levelnya, terlebih lagi materi yang seharusnya diajarkan dalam 2 tahun dalam tingkat undergraduate ataupun master, hanya diberikan dalam waktu 4-5 jam. Salah satu hal yang umum dalam berkenalan disini adalah bertanya apakah lawan bicara kita adalah Ph.D. ataukah Post-Doctoral, padahal kami bertiga bahkan masih Undergraduate. Untuk summer student sendiri, sebagian besar adalah Master, lalu undergraduate dan diikuti dengan Ph.D.

Sebagai pusat penelitian, work environment disini sangat berbeda dengan apa yang lazim dibayangkan masyarakat umum. Pertama-tama, para peneliti disini tidak pernah menggunakan jas lab kecuali sebagain orang yang bekerja di bagian radioaktif. Umumnya para peneliti yang bekerja langsung di akselerator atau detektor hanya menggunakan helm keselamatan. Kemudian, untuk para peneliti yang bekerja di kantor (analisis data, programmer, theorist, dan lainnya) mereka memakai pakaian yang sangat casual. Umumnya mereka memakai kaus oblong, ada juga yang mengenakan celana pendek dan sandal. Bahkan salah satu lecturer yang merupakan Professor dari Cambridge, hanya mengenakan kaos oblong, sandal dan celana pendek santai saat mengajar di hadapan ratusan orang di Main Auditorium CERN. Berbeda sekali dengan budaya di Asia khususnya Indonesia dimana orang bekerja harus menggunakan pakaian rapi seperti celana panjang, dasi, kemeja, dan jasi bila diperlukan. Suasana kerja disini sangatlah santai, namun tentu saja kerja mereka sangat efisien dan tingkat intelegensinya sangat tinggi.

Untuk summer student di CERN, kami di-assign ke salah satu eksperimen penelitian di CERN (ATLAS, ALICE, LHCb, ISOLDE, ALEPH, CMS, dan lainnya). ATLAS, CMS, LHCb, dan ALICE merupakan 4 detektor partikel utama dalam lingkaran LHC yang terbentang sejauh 27 km dari Swiss hingga Perancis. Umumnya summer student mendapatkan supervisor yang telah bekerja selama 3-4 tahun di CERN. Saya sendiri di-assign ke ATLAS experiment (ATLAS merupakan detektor partikel terbesar di dunia) dibawah bimbingan supervisor saya yaitu Assoc.Prof. Gokhan Unel dari Turki. Sebagai peneliti senior yang telah berada 20 tahun di CERN, saya memperoleh banyak bimbingan dari beliau. Proyek saya adalah dalam bidang Outreach yaitu membuat aplikasi simulasi detektor partikel dan fasilitas LHC untuk iPhone dan Android yang diramu dalam bentuk game untuk menyebarkan pengetahuan akan fisika partikel dan LHC yang ingin dipopulerkan oleh CERN terutama mulai tahun ini (mendukung pembangunan International Linear Collider di Jepang yang akan menandainya globalisasi jaringan CERN di seluruh dunia). Proyek ini sangat menantang bagi saya karena sebelumnya, saya bahkan belum pernah menggunakan produk Apple sehingga saya harus mempelajari banyak hal seperti device dan operasinya, bahasa pemrograman Objective-C, Teori dalam fisika partikel (Standar Model, Decay, Gauge Invariance, Lorentz Invariance, dan lainnya).

Pengalaman internship di CERN ini sangat membuka wawasan saya mengenai kultur kerja di negeri asing. Para pekerja disini sangat casual dalam hal pakaian namun semangat dan dedikasi mereka dalam bekerja tidak perlu dipertanyakan kembali. Mereka bekerja sangat efisien, namun tetap tidak melupakan waktu istirahat sebgai bagian untuk optimasi kinerja mereka. Sebagian besar orang Eropa disini tidak bekerja pada weekend, umumnya orang Asia yang masih bekerja di kantor pada hari-hari tersebut. Mereka juga sangat perhatian terhadap lingkungan, terbukti dengan seluruh kantor di kompleks CERN, tidak ada satu pun yang menggunakan AC kecuali di perpustakaan dan Computer Center untuk mengondisikan array computer agar tidak overheat. Keseimbangan antara kerja dan kesehatan disini juga sangat diperhatikan. Sebagian besar pekerja dan peneliti di CERN menggunakan sepeda sebagai moda transportasi utama untuk pergi ke tepat kerja dari rumah atau hostel mereka, termasuk kami para summer student. Dari hostel kami yang berada di St. Genis Pouilly, Perancis, kami harus menempuh jalan sejauh 3 km dengan sepeda setiap harinya (6 km bolak-balik) dengan kondisi jalan menanjak. Selain itu, berbagai pengetahuan baru yang saya pelajari disini dari lectures maupun proses pengerjaan proyek, termasuk kunjungan ke berbagai fasilitas akselerator dan detector LHC dimana tidak sembarangan orang bisa masuk sangat menakjubkan dan merupakan pengalaman yang sangat berharga. Akhir kata, seperti halnya prinsip CERN, belajar dan pencarian terhadap jawaban akan alam semesta merupakan proses tanpa akhir. Proses ini akan terus berlanjut sampai akhir hayat kita dan semakin banyak pengetahuan kita, justru pertanyaan kita akan semakin banyak bukannya semakin berkurang. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah hal yang mendorong kita untuk terus maju dan berkembang dalam hidup ini.

By : Nathaniel Chandra Harjanto