Mahasiswa Teknik Fisika Beserta Tim Bawa Pulang Bronze Medal dari Kompetisi I-Caps di Korea Selatan

26 November, 2019

BANDUNG, itb.ac.id – Mahasiswa Insititut Teknologi Bandung (ITB) kembali mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Kali ini, mahasiswa ITB membawa pulang satu penghargaan Grand, dan dua penghargaan Bronze dalam kompetisi 14th d-Camp (International Students Multidisciplinary Design Camp) yang diselenggarakan di Daejeon, Korea Selatan pada tanggal 22 – 27 Agustus 2019. 14th D-Camp sendiri merupakan kegiatan akhir dari rangkaian kegiatan i-CAPS (International Students Joint Capstone Design Project) 2019 yang pada tahun ini telah memasuki tahun ketujuh.

Dalam waktu yang singkat dan latar belakang keilmuan yang berbeda, setiap peserta diharapkan mampu bekerjasama dalam mencari ide, perancangan, dan pembuatan prototipe sesuai dengan tema tahun ini yaitu smart living.
I-CAPS pada tahun ini diikuti oleh 92 mahasiswa yang berasal dari 14 perguruan tinggi berbeda, yaitu satu dari Indonesia, 10 dari Korea Selatan, dan masing-masing 1 perwakilan dari Malaysia, Taiwan, Singapura. Peserta dibagi menjadi 19 kelompok yang terdiri atas 4-5 anggota dari 2 perguruan tinggi berbeda. Pada saat kompetisi, 19 kelompok ini merancang suatu produk yang bertemakan smart living.
Dalam ajang ini, salah seorang mahasiswa Teknik Fisika, Imam Boni Mores, bersama dengan tim ingin meraih bronze medal dengan produk mereka, O-lit Smart Lunch Box. Tim pertama beranggotakan Catherine Anggraeni Lestari (Teknik Mesin 2015), Christianto Salimanan (Arsitektur 2015), Imam Boni Mores (Teknik Fisika 2015), Baek In Hye (Jeju National University, Dept. of Architectutal Engineering), dan Kim Min Sung (Jeju National University, Dept. of Architectutal Engineering). Mereka meracang alat O-lit Smart Luch Box, perangkat kotak makan siang yang mampu menghitung kalori bedasarkan dari berat makanan kita. Kemampuan utama O-lit ini adalah untuk memelihara kesehatan pengguna dengan memberikan rekomendasi mengenai proporsi makanan harian yang ideal.
“Data dari WHO (World Health Organization) yang kami dapatkan, 60% orang di dunia mengikuti gaya hidup yang tidak sehat, salah satunya yaitu mengonsumsi kalori yang tidak ideal. Mayoritas masyarakat baik di negara maju dan berkembang kurang memperhatikan kebutuhan gizi  dan memakan apa yang mereka inginkan. Namun di sisi lain, mereka memiliki  keinginan untuk  memulai pola hidup sehat,” ujar Chris, sapaan akrab Christianto, saat ditemui oleh reporter Humas ITB.
“Melalui proyek ini, kita berusaha menyediakan (fitur) ini kepada orang awam sekalipun untuk memulai pola hidup sehat dengan kemudahan dan biaya yang lebih rendah dibandingkan konsultasi dengan ahli gizi setiap harinya,” tambahnya.
Project O-lit ini juga berusaha menjawab isu lingkungan yaitu terkait permasalahan single plastic-used. Berdasarkan riset yang telah dilakukan, limbah plastik akibat makanan dan minuman menduduki sebesar 49% limbah plastik dunia dan akan terus bertambah jika tidak ditangani sedari dini. O-lit berusaha untuk menanamkan budaya untuk membawa peralatan makan sendiri bagi masyarakat dengan upaya untuk mengurangi limbah plastik sekali pakai.
Bagi, Imam sebagai mahasiswa Teknik Fisika, ICAPS adalah suatu pengalaman yang sangat berharga dalam perkuliahannya. “Perlombaan ini mengajarkan saya dalam bekerja dalam lingkungan interdisiplin. Lalu, saya juga diajarkan penyelesaian masalah dengan proses design thinking. Ini adalah hal yang sangst berkesan bagi saya, ” ujar Imam.
Imam juga merasa sangat berkontribusi sebagai seorang mahasiswa jurusan Teknik Fisika dalam kolaborasi tim. “Ternyata saya sangat membantu saat diskusi. Karena kita bisa berkomunikasi dengan bahasa mekanik ataupun elektrik, jelas ini membantu dalam perencanaan sistem, ” lanjut Imam. Ia telah melihat sendiri ada perbedaan bahasa dan perencanaan dari dua orang dengan latar belakang berbeda. Karena punya keilmuan di Teknik Fisika, ia bahkan bisa memberi pendapat kualitatif terkait kebisaan dari suatu rencana kerja kerekayasaan.

Terakhir, Imam memberi pesan agar setiap anak ITB harus terus semangat dalam belajar. “Terkhusus anak FT, jangan minder. Dalam proses kerekayasaan, penting sekali punya wawasan interdisiplin, terus berkarya dan harumkan nama ITB dan Indonesia, ” tutup Imam.