Aulia Ghifari Nurlis, Mahasiswa TF ITB Peraih Prestasi dalam Ajang Astra Green Energy Competition

16 Oktober, 2020

Bandung, tf.itb.ac.id – Walaupun ada dalam masa-masa yang sulit akibat pandemi, mahasiswa Teknik Fisika ITB (TF ITB) ternyata tetap bisa berprestasi. Kali ini, Aulia Ghifari Nurlis, mahasiswa TF ITB angkatan 2017 bersama dengan rekan-rekannya dari Teknik Dirgantara dan Teknik Metalurgi berhasil meraih juara tiga dalam ajang Astra Green Energy Competition. Dalam kompetisi tersebut, peserta kompetisi dituntut untuk mampu menghadirkan konsep dan desain baru terkait dengan pemberdayaan energi terbarukan di Indonesia. Lalu, dengan bimbingan Rahmat Romadhon, S.T., M.T., Aulia beserta tim berhasil menghadirkan suatu konsep pembangkitan energi dengan sumber energi terbarukan secara hybrid – energi termal yang memanfaatkan perbedaan temperatur lingkungan dan energi mikrohidro dari penampungan air hujan.

Konsep penggunaan kedua sumber energi tersebut didasari oleh kenyataan bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang berada pada garis ekuator. “Dengan kenyataan tersebut, artinya, Indonesia bisa memberdayakan keadaan iklim yang umum dirasakan sepanjang tahun yaitu kemarau dan basah (hujan), “ sebut Aulia. Artinya, dengan penggunaan sistem energi yang hybrid seperti yang diajukan, masalah paling umum dari sumber energi yang terbarukan yaitu ketiadaan secara terus menerus bisa diselesaikan. “Karena menggunakan konsep energi dengan sumber dari perbedaan temperatur dan air hujan, tim kami meyakini bahwa persoalan intermmitent dari energi terbarukan dapat dikompensasi seminimal mungkin,” ujar Aulia.

“Terkait dengan sistem termalnya, kami menggunakan komponen termoelektrik untuk peubah energi panas menjadi listrik. Sistem ini akan lebih mengutamakan perbedaan temperatur lingkungan daripada adanya cahaya matahari sendiri sehingga ketiadaan matahari dalam waktu singkat – misalnya karena mendung tidak akan menjadi masalah yang signifikan, jelas Aul. Selain hal tersebut, menurutnya, akan ada lebih banyak keleluasaan bagi pengguna untuk merekayasa komponen sesuai dengan keadaan penggunaannya jika menggunakan komponen termoelektrik. “Untuk energi dari air hujan, pertama-tama, air hujan harus ditampung terlebih dahulu pada sebuah tandan air. Lalu, ketika air sudah mencapai ketinggian tertentu, air tersebut akan dialirkan menuju turbin untuk menghasilkan listrik,“ tambahnya lagi. Untuk target instalasinya sendiri, agar penggunaannya memang bermanfaat, sistem ini ditargetkan untuk daerah-daerah yang belum terjangkau listrik/masih belum kontiniu pasokan listriknya.

 

Lagi, tahapan kompetisi tidak selesai hanya di perebutan juara nasional. Sebagai salah satu peraih predikat, Aulia beserta teman-temannya juga sekaligus menjadi agen student community dari Astra. Terbukti, walau pandemi, Aulia berkontribusi, bersama agen student community lainnya, dalam membangun dan menginstalasi pembangkit energi terbarukan di Pekanbaru, Riau. Aulia ikut langsung dalam proses brainstroming, analisis, desain, dan beberapa tahap pre-instalasi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa satu ini memang berkemampuan tidak hanya terbatas pada pilar-pilar kompetisi semata, tetapi juga terasa di dalam masyarakat.

Terkait dengan keberhasilannya, Aulia tentu merasa sangat senang dan bangga karena berhasil meraih juara. “Saya senang karena saya benar-benar bisa menerapkan keilmuan yang selama ini saya dapatkan di kelas secara langsung, “ ucap Aulia. Dari pengalamannya, ia juga menyarankan kepada seluruh mahasiswa untuk selalu memperhatikan kelas dan dosen ketika sedang kuliah. “Karena kita tidak pernah akan tahu kapan keilmuan tersebut dapat kita implementasikan, “ lanjutnya.

Yang menarik, Aulia juga menggarisbawahi bahwa, walaupun ia senang, keberhasilan ini bukanlah akhir dari cita-citanya. “Sejak awal, saya sudah memiliki milestone terkait dengan apa-apa saja pencapaian yang harus saya capai, “ terangnya. Setelah berhasil mendapatkan prestasi dalam bidang energi terbarukan, ia juga sedang menyiapkan final dari kompetisi lainnya yang diadakan oleh suatu institusi di Singapura terkait dengan material – bidang keilmuan lainnya yang ia senangi. “Berikutnya, setelah kompetisi, saya juga ingin mengejar kesempatan untuk bisa menghasilkan publikasi ilmiah, melaksanakan riset di laboratorium material di Jepang, magang di institusi fisika dunia seperti CERN, dan juga melanjutkan studi di Eropa,” tutupnya. Aulia meyakini jika ia bekerja keras dalam mencapai rencana-rencana yang telah disusun tersebut, maka ia akan semakin dekat dengan cita-citanya yakni menjadi fisikawan yang berhasil meraih Nobel Fisika.

 

Penulis : Ferio Brahmana (Teknik Fisika 2017)

Editor : Narendra Kurnia P.