Program Pengabdian Masyarakat Kolaborasi ITB dan Unjani di Pertanian Hidroponik Cimahi

Ditulis oleh: M. Ihsan M (TF19)

9 November, 2022

Program Pengabdian Masyarakat Kolaborasi ITB dan Unjani di Pertanian Hidroponik Cimahi

Salah satu komponen penting dalam kedaulatan suatu negara adalah ketahanan pangannya. Ketahanan pangan menjadi isu yang sangat strategis karena suatu negara dapat “terguncang” kalau negara tersebut tidak bisa memenuhi pangan masyarakatnya.

Sebagai negara dan bangsa yang besar, sayangnya Indonesia masih memiliki beberapa catatan terkait ketahanan pangan ini. Mulai dari tingginya angka impor pangan kita, pekerjaan bertani yang mulai tidak diminati, hingga naiknya harga-harga kebutuhan pokok sering kita dengar beberapa tahun ini. Salah satu solusi untuk mengatasi berbagai masalah pangan kita ini adalah dengan kita menerapkan prinsip pertanian presisi. Pertanian presisi adalah suatu konsep agar dalam bertani kita bisa bertindak benar atas kondisi pertanian kita, bertani di tempat dan waktu yang tepat, dan menggunakan langkah yang tepat atas pertanian kita.

Dalam rangka membantu petani menerapkan prinsip pertanian presisi ini, sejumlah dosen dan mahasiswa dari FTI dan SITH Institut Teknologi Bandung (ITB) dan FT Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI) menyelenggarakan Program Pengabdian Masyarakat (PPM) dengan tema “Sosialisasi Penerapan Otomasi Aerasi Nutrisi Pada Media Hidroponik Untuk Kelompok Tani di Cimahi Jawa Barat Tahun 2022”, di RT 01, RW 05, Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi pada bulan Maret—September 2022. Keterlibatan mahasiswa dalam program ini juga merupakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di ITB.

Program ini melibatkan dosen Rekayasa Pertanian SITH ITB, Dr. Ir. Aep Supriyadi, M.P. (Ketua PPM Otomasi Aerasi 2022), dosen Teknik Fisika FTI ITB, Ir. Estiyanti Ekawati, M.T, Ph.D., dua orang dosen Teknik Elektro FT UNJANI, Dede Irawan Saputra, S.Pd., MT. dan Irvan Budiawan, ST., MT. Selain terdiri dari tim dosen, tim program ini juga terdiri dari mahasiswa mahasiswa dari berbagai disiplin: Natsir Habibullah, S.T., M.T. (S3 Teknik Elektro dan Informatika STEI ITB), Abdul Ghani (S1 Teknik Fisika ITB), Irham Nur M. Ibrahim (S1 Teknik Fisika ITB), Ahmad Raihan Nasution (S1 Rekayasa Pertanian SITH ITB), Stefanie Priskilla Atteng (S1 Rekayasa Pertanian SITH ITB), Adri Irfan Luthfan Fadhilah (S1 Teknik Elektro UNJANI), Gilang Maulana Sidik (S1 Teknik Elektro UNJANI), Tim mahasiswa ini juga dibantu oleh seorang mentor, Krisna Diastama, S.T., dari salah seorang alumni S1 Teknik Fisika ITB. 

Tim ini melakukan survei untuk melakukan analisis kondisi dan kebutuhan nyata di lapangan. Tim juga ditugasi untuk memilih pertanian hidroponik milik petani mana yang kiranya cocok untuk program ini. Akhirnya, dipilihlah pertanian hidroponik milik Muhamad Ganjar yang berada di lantai dua rumahnya. kemudian, tim melakukan riset dan pengembangan purwa-rupa alat yang akan dipasang.

Di sana dipasang suatu sistem aerasi yang menggunakan pompa aerator microbubble pada media hidroponik rakit apung. Sistem ini berfungsi untuk melakukan penjadwalan kapan pompa aerator dinyalakan dan dimatikan dalam seharinya. Agar diperoleh pemahaman akan tanaman yang lebih lengkap, sistem aerasi ini pun juga dilengkapi sensor-sensor untuk mengukur pH dan TDS larutan nutrisi dan suatu stasiun cuaca mini untuk mengukur suhu dan kelembapan lingkungan sekitarnya. Data yang dikumpulkan bisa digunakan oleh akademisi pertanian untuk digunakan untuk mengembangkan strategi pertanian berdasarkan data yang valid. Lebih lanjut, sistem aerasi ini juga disertakan dashboard pemantauan yang bisa diakses
secara daring dari ponsel cerdas. Di dashboard ini juga kita dapat mengatur bagaimana penjadwalan menyala dan matinya pompa aerator.

Setelah beberapa waktu alat diimplementasikan, menurut Ganjar walau tinggi tanaman tidak begitu tinggi, tetapi bobot tanaman ketika panen menjadi lebih berat. Beliau pun mengungkapkan bahwa pendapatannya juga meningkat. Senada dengan itu, Aep menyampaikan juga bahwa selain meningkatkan bobot panen tanaman, juga waktu panen menjadi lebih cepat hingga 6 hari dari waktu normalnya.

Tentu kolaborasi perguruan tinggi dan UMKM seperti ini sangat dibutuhkan. Semoga dengan langkah yang dilaksanakan ITB bersama UNJANI, pengembangan teknologi dan sains di perguruan tinggi bisa lebih disebarluaskan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.