Fisika bangunan merupakan disiplin ilmu yang mempelajari fenomena fisis pada bangunan seperti termal, akustik, dan pencahayaan. Seluruh aspek ini perlu diperhitungkan untuk mencapai kenyamanan optimum bagi pengguna gedung. Parameter optimum tentu dipengaruhi dari tujuan penggunaan gedung atau dipersempit dengan fungsi ruang. Ruang kerja, dapur, atau gedung pertunjukan tentu memiliki persyaratan yang berbeda satu sama lain untuk mencapai kenyamanan penggunaannya.

Termal memperhatikan tata udara bagi gedung supaya ruangan tidak telalu dingin atau terlalu gerah untuk beraktivitas. Bagian termal tidak hanya memperhatikan jumlah aliran udara dari ventilasi, juga memperhatikan tata udara bagi ruang tetutup yang memerlukan bantuan air conditioner. Selain itu, arah datang sinar matahari juga diperhitungkan karena selain cahayanya, panas matahari juga masuk ke dalam gedung baik melaui konduksi, konveksi, maupun radiasi.

Percobaan pencahayaan

Selain termal, hal yang juga diperhatikan adalah

tata cahaya. Gedung pertunjukan akan lebih banyak menggunakan cahaya buatan (penggunaan lampu) supaya dapat dikendalikan dan mendukung penampilan. Sementara itu cahaya matahari di rumah pada pagi dan siang hari akan memberikan semangat beraktivitas. Pada malam hari pengendalian cahaya lampu (cahaya buatan) dilakukan bergantung pada fungsi ruangan, misalnya pencahayaan pada ruang kerja tidak terlalu redup atau tidak terlalu menyilaukan mata.

Faktor lainnya yang mempengaruhi kenyamanan penggunana ruang adalah faktor akustik (tata suara). Hal ini masih minim diperhatikan di Indonesia. Hal paling sering dirasakan adalah gangguan suara dari lingkungan, misalnya jalan raya atau daerah di sekitar bandara. Penanganan noise (suara yang mengganggu) bisa dilakuan dengan penambahan elemen akustik seperti barrier atau mengganti material penyusun gedung dengan transmission loss (suara yang melewati suatu material) yang tinggi. Selaingangguan suara, hal yang diperhatikan juga adalah kualitas suara pada gedung. Gedung pertunjukan dan studio musik biasanya sudah memerhatikan hal ini. Kualitas suara oleh pendengar (penonton) sangat dipengaruhi kondisi ruangan.

Ketiga hal ini yang dibahas atau didalami di Laboratorium Fisika Bangunan Teknik Fisika ITB. Perhitungan dan berbagai bentuk penelitian ini dilakukan untuk mencapai kenyamanan bagi pengguna ruang dan tentu saja memperhatikan fungsi dari ruang itu sendiri. Arsitektur merancang bentuk ruangan, desain interior menata ruangan supaya nyaman dilihat, tetapi fisika bangunan menangani hal fisis yang terjadi untuk mencapai kenyamanan berbasis engineering (rekayasa).

Penelitian seputar fisika bangunan tentu masih harus dilakukan dan dikembangkan sehingga keberadaan Laboratorium Fisika Bangunan yang biasa dikenal Lab Fisbang masih dipertahankan. Bapak Fisika Bangunan di Indonesia adalah Prof. Ir. M. U. Adhiwijogo, beliaulah orang Indonesia pertama yang mengembangkan keilmuan fisika bangunan. Lab Fisbang berada di Gedung TP Rachmat Labtek VI ITB lantai 2.

Hasil kegiatan dari Lab Fisbang secara garis besar dikelompokkan menjadi dua, yakni data dan desain (perancangan). Data diperoleh dari hasil pengukuran kemudian digunakan sebagai dasar perancangan. Kegiatan yang berlangsung di Lab Fisbang memang lebih banyak berupa pemodelan dan simulasi, tetapi pengukuran juga masih dilakukan di dalam lab. Contoh pengukuran yang dilakukan di dalam Lab Fisbang adalah pengukuran transmission loss dari suatu material untuk keperluan akustik. Pengukuran jarang dilakukan di dalam lab karena biasanya dilakukan langsung di gedung atau lokasi yang akan mendapat treatment. Di Lab Fisbang juga terdapat anechoic chamber (ruang tanpa gema) yang digunakan untuk merekam suara. Anechoic chamber digunakan supaya tak ada suara tambahan (baik dari luar ruangan ataupun suara hasil pantulan dari ruang) pada hasil rekaman. Sejauh ini Lab Fisbang masih terus produktif menghasilkan data-data penelitian dan juga rancangan dari ketiga lingkup fisika bangunan.

Ruang gaung

Bola integrator

Ruang akustik