Dalam dunia akademik, kolaborasi lintas institusi dan negara sangat penting untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu contoh nyata dari keberhasilan kolaborasi ini adalah antara Departemen Teknik Fisika ITB (Institut Teknologi Bandung) dan National University of Singapore (NUS). Pak Haris Mahyuddin, seorang dosen Teknik Fisika ITB, berbagi kisah inspiratif tentang kolaborasi yang telah menghasilkan 10 publikasi ilmiah dalam rentang waktu 2020-2023.
Awal Mula Kolaborasi Teknik Fisika ITB dan NUS
Kolaborasi ini dimulai pada tahun 2019, ketika Pak Haris berkomunikasi dengan Dr. Arramel, salah satu anggota laboratorium Prof. Andrivo Rusydi di NUS. Keduanya menginisiasi sebuah penelitian bersama. Keberhasilan proyek awal ini mendorong kerjasama yang berlanjut hingga saat ini. Menurut Pak Haris, kolaborasi tersebut sangat bermanfaat karena kedua institusi memiliki keunggulan yang saling melengkapi. Di satu sisi, ITB unggul dalam kemampuan komputasi material, sementara NUS memiliki keunggulan dalam eksperimen dan karakterisasi material.
Fokus Penelitian: Material Perovskite
Salah satu topik utama dari kolaborasi ini adalah pengembangan material perovskite untuk aplikasi sintilator dan sel surya. Perovskite merupakan material inovatif yang belakangan ini menjadi perhatian besar dalam riset material, khususnya untuk aplikasi energi terbarukan. Melalui riset kolaboratif ini, tim dari ITB dan NUS bersama peneliti dari negara lain mampu mengumpulkan data secara cepat dan mempublikasikannya di jurnal internasional.
Tak hanya melibatkan ITB dan NUS, penelitian ini juga didukung oleh berbagai universitas ternama dunia. Dengan demikian, kolaborasi lintas negara ini mempercepat proses penelitian dan menghasilkan publikasi dalam jumlah yang signifikan dalam waktu singkat.
Prestasi dan Dampak Kolaborasi
Dalam peringkat universitas dunia yang diterbitkan oleh QS-WUR, NUS berada di peringkat ke-8 dunia. Keberhasilan kolaborasi ini juga turut mendongkrak jumlah publikasi ilmiah yang berafiliasi dengan ITB, sehingga berkontribusi terhadap reputasi ITB di kancah global. Dari 10 publikasi yang dihasilkan, semuanya mencantumkan afiliasi ITB dan NUS, atau universitas yang masuk dalam top 10 dunia.
Pesan Inspiratif: “Berdiri di Atas Bahu Raksasa”
Pak Haris menutup percakapannya dengan sebuah pesan inspiratif yang sering muncul di Google Scholar: “Stand on the shoulder of giants.” Kolaborasi dalam penelitian, menurutnya, adalah kunci untuk meningkatkan kualitas hasil riset dan membuka peluang baru bagi institusi serta mahasiswa. Ia berharap kolaborasi semacam ini dapat menjadi teladan bagi pengembangan riset di Indonesia, terutama dalam memperluas jejaring akademik dan membuka lebih banyak kesempatan bagi kemajuan ilmu pengetahuan di tingkat global.
Kolaborasi antara ITB dan NUS ini menunjukkan bahwa dengan kerja sama yang kuat dan tujuan bersama, inovasi di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan bisa dicapai lebih cepat. Hal ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menjalin kemitraan dalam dunia akademik, karena dari sinilah peluang-peluang baru untuk riset dan inovasi dapat terbuka lebar.
Harapan untuk Masa Depan Riset di Indonesia
Melalui kisah ini, harapan besar disematkan pada perkembangan riset di Indonesia. Kolaborasi internasional, jejaring yang kuat, dan sinergi antar lembaga riset diyakini dapat mendorong kemajuan signifikan dalam dunia ilmu pengetahuan di Indonesia. Bagaimana pun juga, kolaborasi adalah salah satu kunci untuk menghadirkan inovasi yang berdampak luas bagi masyarakat.