Setelah PIC (person Incharge) wakil TF di tim pusat yaitu Dr Ir Nugraha Tapran dan Ir Joko Sarwono, PhD mengajukan proposal bersama prodi lain dengan isi proposal tersebut diantaranya mengenai kegiatan yg akan dijalankan serta apa indikator keberhasilan dari kegiatan tersebut akhirnya ITB dari 31 perguruan tinggi lainnya yang salah satunya prodi Teknik Fisika dinyatakan sebagai pemenang dalam kompetisi ini . Upaya yang dilakukan TF ini tak lain adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan perguruan tinggi di Indonesia. Berbeda dengan kompetisi sebelumnya diperoleh, yaitu QUE-grant dan PKHB dimana TF maju sebagai prodi sendiri dan sekarang untuk tahun 2008-2010 pengaju proposalnya adalah ITB.
Ada tiga tema yang dapat diajukan di kompetisi ini, yaitu pertama Tema A yang diperuntukan untuk peningkatan kapasitas institusi ITB dan ITB tidak diizinkan mengajukan tema ini, kedua Tema B yang mengenai peingkatan effisiensi dan terakhir adalah tema tertinggi yaitu Tema C (hanya ITB, UI, UGM dan IPB yang berani mengajukan) diperuntukan untuk kegiatan yang mengarah pada internasionalisasi. Untuk tahun ini, ITB mengajukan dua tema, yaitu Tema B dan Tema C. Sub kegiatan yang TF ambil adalah C1. Sub kegiatannya sendiri untuk Tema C antara lain C1 yaitu persiapan Akreditasi ABET, C2 merupakan peningkatan mhs asing dan C3 untuk persiapan akreditasi NAAB (untuk Arsitektur). Yang menjalankan sub kegiatan C1 ini antara lain Teknik Fisika, Teknik Kimia dan Elektro.
Kegiatannya sendiri yang dilakukan adalah persiapan untuk akreditasi ABET(Accreditation Board for Engineering and Technology). Sebagian kegiatan ini dibiayai oleh PHKI sebesar 2.4 Miliar untuk tiga tahun yangdigunakan untuk pembiayaan alat modern serta kerja multi disiplin. Syarat dari akreditasi ABET sendiri antara lain mahasiswa harus memiliki kompetensi dalam bidang ilmu pengetahuan, eksperimen, disain, problem solving, komunikasi, kepekaan pada lingkungan, mengikuti isu-isu terkini, siap belajar sepanjang hanyat, memiliki integritas (etika), dan menguasai tool engineering terkini, itu semua harus diajarkan oleh suatu prodi agar objektif dari pendidikan prodi tersebut tercapai. Tingkat ketercapaian objektif itu yang akan diasses oleh ABET. Jadi kita harus menunjukan bahwa setiap tahun ada continous improvement dari proses yang ada di prodi kita sehingga objektif pendidikan kita dapat tercapai, sedangkan objektif pendidikan diukur dari keberhasilan alumni di tempat kerja apakah kemampuan alumni sesuai dengan yang kita harapkan. Sedangkan ketercapaian kompetensi lulusan di ukur pada mahasiswa yang akan atau baru mau lulus. Objektif harus ditentukan dengan persetujuan constituen kiat (alumni, industri, pemerintah, dunia pendidikan, dsb), sehingga kontrol terhadap pelaksanaan kuliah yang baik sangat dibutuhkan, agar kompetensi lulusan yang diinginkan dapat tercapai sehingga objektif pendidikan dapat tercapai. Sedangkan kriteria penilaian ABET ada 9, yakni Student (proses yang berkenaan dengan mahasiswa, seperti penerimaan, bimbingan karir dsb), Dosen (kualifikasi, bidang yang ditekuni), Fasilitas dan Dana (cukup atau tidak untuk menunjang tercapainya kompetensi dan objektif pendidikan, dana tersebut termasuk gaji dosen. Pada intinya kesembilan kriteria tersebut adalah dua buah program atau proses yaitu Objektif pendidikan dan Kompetensi yg hrs dimiliki mahasiswa (outcome), enam kriteria adalah resouces (dana, fasilitas, student, dosen, dsb) apakah resource yang ada dapat mendukung tercapainya kedua kriteria di depan sedangkan satu kriteria lainnya adalah continous improvement berisi apa yang prodi lakukan untuk menjamin adanya proses continous improvement. Jika semuanya terpenuhi, sertifikat yang diperoleh setara internasional, artinya itulah jaminan kualitas dari sebuah pendidikan untuk mencetak calon engineer.
Sub kegiatan yang dilakukan tahun ini antara lain renovasi ruang praktikum dan faskom di lantai 4 dan ruang-ruang tersebut akan diatur dengan standar HSS (Healty Safety and Secure) untuk lab praktikum dan CSS (Clean Safety and Secure) untuk lab komputer. Jadi nanti mahasiswa yang masuk lab harus mengenakan pakaian tertentu serta mematuhi aturan tertentu. Hal itu dibuat untuk melatih disiplin dan kepatuhan mahasiswa pada aturan yang berlaku pada suatu lingkungan yang akan berguna bila sudah lulus nanti. Kegiatan lain yang dilakukan tahun ini adalah perbaikan bahan untuk FE (Fundamental Engineering) yaitu pada mata kuliah Perpindahan Panas dan Mekanika Material, pembuatan database untuk assesment ABET dan persiapan untuk test FE (ujian komprehensif). Jadi, setiap mahasiswa TF harus mengikuti UKT (Ujian Komprehensif Tertulis) sebelum dinyatakan lulus dari TF, salah satu yang diujikan adalah mata kuliah Perpindahan Panas dan Mekanika Material tadi. Sekarang TF sudah membuat sistem sertifikasi serta badan hukum legal dan sekarang tinggal menunggu BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) secara resmi bergulir. Jadi bola untuk sertifikasi lulusan ada ditangan pemerintah yg blm dapat menjalankan BNSP. Dapat disimpulkan bahwa TF akan terus menjadi lebih baik.[ca].