Bandung, tf.itb.ac.id – Rekayasa material untuk berbagai aplikasi memegang peranan yang penting untuk kemajuan yang sangat pesat pada kurun 20 tahun terakhir ini. Berbagai aplikasi mulai dari peralatan elektronika, optik, sensor, penyimpan energi, konstruksi sipil, mekanika, bahkan termal terus berkembang akibat rekayasa yang dilakukan pada materi fungsional untuk berbagai aplikasi tersebut. Untuk menunjang hadirnya profesional dalam bidang ini, Teknik Fisika sebagai program studi ikut dalam penyusunan kurikulum untuk membimbing mahasiswa dan menghasilkan peneliti-peneliti cakap dalam dunia rekayasa material.
Salah satu dari penelitinya adalah, Prof. Brian Yuliarto. Pada 16 Maret 2019, beliau memberikan orasi ilmiah terkait penelitiannya, “Material Nano untuk Aplikasi Sensor Lingkungan, Kesehatan, dan Energi”. Dalam orasi, Prof. Brian memang ingin membuka wawasan para peserta dalam memandang fungsionalitas dari ilmu rekayasa material dan aplikasinya.
Pada lingkungan, sensor-sensor yang dibuat dan diberdayakan adalah senosr gas. Permasalahan lingkungan merupakan isu global dan telah menjadi perhatian untuk waktu yang lama. Salah satu topik yang masih hangat dari dulu sampai sekarang adalah polusi udara. Di sini, ilmu rekayasa material membantu dalam pembuatan sensor gasnya, misal gas CO2, SnO2, dan WO3. Teknik Fisika ITB sendiri telah mengembangkan sensor gas ini sejak 1999 di Laboratorium Material Teknik Fisika.
Prof. Brian Yuliarto juga melanjutkan dengan merinci pengetahuan-pengetahuan akan sensor kesehatan. Penelitian akan sensor kesehatan dilaksanakan oleh Teknik Fisika ITB melalui Laboratorium Advanced Functional Material (AFM). Bahan sensor yang digunakan adalah Fe3O4 dan modifikasi-modifikasinya, Hasilnya, Teknik Fisika ITB berhasil mengembangkan sensor untuk prostate spesific antigen (PSA), timbal, glukosa.
Terakhir, beliau menjelaskan dan membagikan pengetahuan terkait palikasi keilmuan rekayasa material ini dalam pengembangan energi. Rekayasa material ini terkhususnya sangat berguna untuk kemajuan sel surya.
Peneitian-penelitian di atas bukan hanya menjadi fokus dari peneliti kita di Indonesia. Untuk itu, kita, Indonesia juga tidak boleh kalah. ITB sendiri menseriusi ini dengan membangun Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi (PPNN) ITB. Secara khusus, Teknik Fisika sendiri juga terus berusaha berkarya dalam bidang ini melalui laboratorium-laboratoriumnya. Semoga bukan hanya program studi tertentu, tapi setiap elemen ITB bisa menjalankan amanah sebagai institut yang harus senantiasa menghasilkan karya.