Pada hari Selasa (21/07), Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung (FTI ITB) baru saja melaksanakan seminar daring pertama dengan tema “Peran Rekayasa Teknologi Industri dalam Penanganan COVID-19” yang disiarkan secara live di YouTube dan dapat Anda akses ulang lewat kanal LPPM ITB. Berdasarkan pada tema ini, FTI ITB mengundang tiga pembicara dari tiap-tiap komunitas keilmuan yang dinanungi oleh fakultas yaitu Teknik Kimia, Teknik Fisika, dan Teknik Industri untuk membicarakan terkait apa saja yang sedang tiap kelompok kerjakan dalam konteks penanganan dari efek COVID-19 yang multidimensional. Seminar daring kali ini juga sekaligus menjadi penanda awal dari komitmen FTI ITB dalam mengadakan sebuah seri seminar daring ke depannya yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat.
Seminar ini dibuka sekaligus dimoderatori oleh salah seorang dosen dari Program Studi Teknik Fisika (TF) ITB yakni Dr. Suprijanto yang juga merupakan Kepala Laboratorium Instrumentasi Medik, Kelompok Keahlian (KK) Instrumentasi Kontrol. Beliau adalah salah satu pengajar sekaligus peneliti yang paling aktif dalam topik yang berkaitan dengan persoalan medis di FTI ITB. Dr. Suprijanto juga sering terlibat dalam aktivitas antar program studi di ITB dalam penelitian-penelitian yang berkaitan dengan persoalan medis terutama pada konteks pengukuran dan instrumen medis.
Acara lalu dimulai dengan perkenalan satu per satu pembicara beserta topik yang akan dibicarakan. Dalam seri webinar pertama ini, Augie Widyotriatmo, Ph. D, dari KK Instrumentasi dan Kontrol menjadi perwakilan TF ITB dalam menceritakan salah satu pekerjaan komunitas TF ITB terkait dengan penanganan COVID-19 di Indonesia. Namun sebelum presentasi dimulai, acara terlebih dahulu dibuka oleh Dekan FTI ITB, Prof. Brian Yuliarto yang juga merupakan salah seorang pengajar pada Program Studi Teknik Fisika ITB.
“Mulai dari bulan Juli ini, FTI akan melaksanakan yang namanya FTI series,“ ujar Prof. Brian. Ia menyatakan bahwa seri seminar daring FTI ini akan menjadi salah satu sarana bagi FTI ITB dalam mensosialisasikan atau mendiseminasikan informasi-informsai terkait pekerjaan/penlitian di FTI bagi seluruh masyarakat Indonesia. “Seminar daring ini juga akan sangat membantu, terutama untuk calon mahasiswa pascasarja, dalam mengetahui apakah penelitian yang sedang dikerjakan di ITB bisa sesuai dengan minatnya,“ tambah Prof. Brian. Ia juga mengingatkan bahwa seminar daring ini bisa pula menjadi inisiasi bagi kerja sama inter-komunitas keilmuaan di ITB atau bahkan ITB dengan pihak luar.
Menjadi presenter kedua setelah Dr. Made Tri Ari Penia Kresnowati dari KK Teknologi Pengolahan Biomassa dan Pangan Teknik Kimia dengan topik “Pengembangan Fasilitas Uji Alat Pelindung Diri (APD) bagi Tenaga Kesehatan di Masa Pandemi”, Dr. Augie Widyotriatmo kemudian mempresentasikan topik “Dari Pengetahuan Instrumentasi Kontrol Industri Proses ke Pengembangan Critical Care Ventilator” yang menceritakan terkait fokus TF ITB dalam mendesain suatu alat yang sempat menjadi bahasan panas pada waktu awal pandemi yaitu ventilator. “Saat wabah COVID-19 hadir, KK Instrumentasi dan Kontrol ingin turut bisa berkontribusi terkait hadirnya masalah COVID-19 di Indonesia,” kata Dr. Augie yang memang merupakan anggota dari KK tersebut. Pekerjaan ini juga tidak hanya memuat Dr. Augie sebagai satu-satunya anggota tim yang berasal dari komunitas keilmuan TF ITB, tetapi ada juga Dr.-Ing. Ir. Parsaulian Ishaya Siregar Dipl.-Ing dan Dr. Vebi Nadhira. Bahkan, selain dari TF ITB, tim pembuatan ventilator ini juga diisi oleh dua orang dari komunitas keilmuan Teknik Industri ITB dan satu dari Sekolah Bisnis Manajemen ITB.
Walau selama ini berurusan dengan instrumen industri, khususnya industri proses, berkat pemahaman fundamental akan instrumen dan kontrol, serta terinspirasi dari karya Massachussets Institute of Technology (MIT) yakni E-Vent, Dr. Augie dan tim sangat optimis bisa merancang suatu desain ventilator yang akan bisa membantu tenaga medis di Indonesia. Hal ini terbukti lewat keberhasilan mereka merancang Critical Care Unit Ventilator yang dinamakan Ventinesia. Dalam foto yang ditunjukkan Dr. Augie dalam presentasi terlihat bahwa ventilator tersebut sudah sangat kokoh bentuknya dan kompleks sistemnya. “Awalnya ini sangat minimalis, namun seiring waktu dan kerja keras, kita bisa menghasilkan bentuk yang lebih baik seperti ini,“ ujarnya.
Namun, walau bentuk dari ventilator ini sudah sangat baik, menurut Dr. Augie, alat ini masih perlu banyak penyempuranaan. “Selain itu, alat ini juga masih perlu perubahan agar sistem mekaniknya bisa sesuai dengan grade industri dan uji klinis agar dapatf digunakans secara massal,“ jelasnya. Tidak hanya itu, tim dari Ventinesia juga sangat memerhatikan kebisaan Ventinesia untuk diproduksi di dalam negeri. “Untuk sekarang, komponen impor masih menjadi komponen yang dominan dalam desain alat ini, jadi kita masih mencoba untuk memikirkan solusi dari hal ini,” ucap Dr. Augie seraya menutup presentasi.
Lalu, sesuai presentasi dari Dr. Andi Cakravastia Arisputra Raja dari KK Sistem Industri dan Tekno-ekonomi Teknik Industri dengan topik “Pengembangan Model Sustainable Agri-Food Supply Chain”, seminar lalu dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dari sejumlah peserta. Para peserta juga terlihat cukup antusias, hampir setiap pembicara mendapat lebih dari dua pertanyaan dan seluruh pertanyaan dapat dijawab dengan jelas dan baik oleh para pembicara. “Semoga, bagi yang belum familiar terkait kegiatan di FTI ITB, mudah-mudahan lewat seminar daring ini ada berbagai macam hal yang dapat dipotret oleh para peserta seminar,“ tutup Dr. Suprijanto. Harapannya, sama seperti yang telah disampaikan oleh Prof. Brian sebelumnya, kegiatan seminar daring ini bisa menjadi rutinitas baru bagi FTI dan juga TF ITB sebagai salah satu naungannya.
Penulis: Ferio Brahmana (Teknik Fisika 2017)
Editor: Narendra Kurnia P.