Bandung, tf.itb.ac.id – Pada minggu ini, tepatnya pada 20-21 Juli 2020, tim dari Kelompok Keahlian Fisika Bangunan Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (TF ITB) baru saja melaksanakan pengukuran bising dan getaran pada moda transportasi Light Rapid Transit (LRT) di DKI Jakarta, Indonesia. Hal ini berkenaan dengan keingingan PT. LRT Jakarta untuk menyesuaikan gerbong-gerbongnya dengan baku yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Aturan tersebut ialah Permenhub No. 175 tahun 2015 yang memberikan batas maksimum kebisingan pada 80dBA pada kecepatan maksimum – berubah dari batas sebelumnya yaitu 85 dBA sesuai Kepmenhub No. 41 tahun 2010. Tim pengukuran ini dipimpin oleh Anugrah S. Sudarsono, Ph.D yang ditemani oleh rekan-rekan mahasiswa pascasarjana ITB dan pihak lainnya.
Persoalan pengukuran moda transportasi kereta api sebenarnya telah menjadi sebuah kegiatan rutin bagi Kelompok Keahlian Fisika Bangunan terutama bagi para anggotanya yang berfokus dalam keilmuan akustik. “Pengukuran ini telah kita mulai sejak kerja sama dengan PT. Railink, lalu berlanjut dengan LRT Palembang, MRT Jakarta, dan sekarang LRT lagi,“ ujar Dr. Anugrah. Perlu diketahui, tim dari TF juga tidak hanya melakukan pengukuran tetapi juga menganalisis dari hasil pengukuran tersebut untuk menghasilkan rekomendasi perbaikan jika diperlukan.
Pada pengukuran ini ada pula yang terasa berbeda dari biasanya sebab ini adalah pengukuran pertama di masa pandemi. “Awalnya sangat terkendala, pengukuran ini saja harusnya dilaksanakan lebih awal, tapi baru bisa terlaksana sekarang “ tambah Dr. Anugrah. Keterlambatan ini terjadi karena berbagai kebijakan pemeritnah soal pembatasan arus masuk juga belum adanya protokol kesehatan yang baku pada saat itu. “Kami percaya bahwa kesehatan dan keselamatan tim adalah yang utama, jadi kamu baru mulai mau mengukur ketika protokol kesehatan telah dibakukan,“ tambahnya.
Untungnya, protokol kesehatan yang baku bisa hadir sebelum tenggat waktu kerja sama. “Karena sudah ada keluar (protokol keshehatan, kami pun berangkat, “ cerita Dr. Anugrah. Tim TF ITB bahkan menambahkan sendiri berbagai kewajiban untuk melindungi kesehatan seperti bekerja menggunakan masker dan face mask. “Sekarang, setelah selesai mengukur, kita akan fokus dalam analisis sampai September nanti, “ ujarnya menambahkan.
Lewat cerita akan pengalaman ini, Dr. Anugrah berharap ada lebih banyak lagi masyarakat awam yang tahu terkait apa itu Teknik Fisika. “Teknik Fisika akan sangat bisa berkontribusi dalam pengukuran dan analisa kebisingan dan getaran seperti ini,” ujar beliau. Ia menyatakan bahwa pengukuran kebisingan Teknik Fisika punya paradigma yang berbeda dengan keilmuan lainnya. “Teknik Mesin itu umumnya melakukan pengukuran dan melihat efeknya terhadap dinamika struktur kendaraannya. Kalau Teknik Lingkungan itu murni mengukur efek si bising terhadap lingkungan luar dan tidak merekomendasikan perbaikan akustik yang spesifik, “ jelasnya.
Terakhir, ia juga menyatakan bahwa penelitian terkait hal akustik kereta api juga menjadi penelitian rutin di Teknik Fisika. “Baik pada tingkat sarjana, pascasarjana, dan doktoral ada kok yang sedang mengerjakan soal akustika kereta api,“ ungkapnya. Tentu saja, informasi ini akan sangat mungkin menjadi wawasan baru bagi para pembaca yang berniat untuk melanjutkan studi di TF ITB. “Satu lagi yang saya sadari soal keuntungan saya belajar di Teknik Fisika ialah fleksibilitas saya dalam memahami berbagai macam cara padnang keilmuan kerekayasaan lainnya. Ini sangat terasa dalam berbagai pekerjaan termasuk untuk pengukuran kali ini, “ tutup Dr. Anugrah
Penulis: Ferio Brahmana (Teknik Fisika 2017)
Editor: Narendra Kurnia P.