Sebelumnya
Selanjutnya
Pada bulan Juni 2021, masa pandemi COVID 19 di Indonesia sedang meningkat menuju puncak keduanya sejak Maret 2020. Namun tantangan itu bukan penghalang bagi para mahasiswa S1 Teknik Fisika ITB angkatan 2018 yaitu Selvia, Widya Ayu Salsabila dan Rizky Arif, serta mahasiswa Prodi Rekayasa Pertanian angkatan 2017 Novan Kopriadi untuk berperan aktif menjadi fasilitator dan instruktur dalam Pelatihan Sistem Otomasi Pertanian bagi kelompok tani di Cipacing Jatinangor serta Komunitas Hidroponik Cimahi.
Kegiatan ini merupakan didanai oleh Program Pengabdian Masyarakat Pemulihan Ekonomi 2021, yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB. Kesertaan para mahasiswa juga merupakan dukungan pada skema Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) 2021.
Para mahasiswa ini dibimbing oleh Tim Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) yang diketuai Dr. Aep Supriyadi (Prodi Rekayasa Pertanian, SITH ITB), dengan anggota Dr. Estiyanti Ekawati (Prodi Teknik Fisika, FTI ITB), serta Dede Irawan Saputra, S.Pd., MT. dan Irvan Budiawan ST MT (Prodi Teknik Elektro FT UNJANI).
Kegiatan ini dilaksanakan dengan latar belakang pemikiran bahwa pertanian dan perkebunan adalah tulang punggung kesejahteraan suatu bangsa. Konsumsi dan distribusi hasil pertanian dan perkebunan merupakan salah satu penggerak ekonomi masyarakat. Agar pertanian lebih mensejahterakan petaninya, maka perlu dibangun sistem yang memungkinkan pengoperasian yang lebih efisien, baik pada lahan sempit atau pada lahan yang lebih luas. Untuk keperluan tersebut, sistem otomasi pertanian sangat dibutuhkan.
Untuk memasyarakatkan kompetensi membangun sistem otomasi pertanian di kalangan kader petani, maka tim PPM yang bekerjasama dalam wadah Pusat Teknologi Instrumentasi dan Otomasi (PTIO) ITB menyelenggarakan rangkaian acara Pelatihan Sistem Otomasi Pertanian pada bulan Juni 2021. Acara dimulai dengan webinar pada tanggal 18 Juni 2021, pelatihan tatap muka untuk para kader kelompok tani di Cipacing Jatinangor pada tanggal 19 Juni serta pelatihan tatap muka untuk Komunitas Hidroponik Cimahi pada 20 Juni 2021.
Kegiatan ini merupakan didanai oleh Program Pengabdian Masyarakat Pemulihan Ekonomi 2021, yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB. Kesertaan para mahasiswa juga merupakan dukungan pada skema Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) 2021.
Para mahasiswa ini dibimbing oleh Tim Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) yang diketuai Dr. Aep Supriyadi (Prodi Rekayasa Pertanian, SITH ITB), dengan anggota Dr. Estiyanti Ekawati (Prodi Teknik Fisika, FTI ITB), serta Dede Irawan Saputra, S.Pd., MT. dan Irvan Budiawan ST MT (Prodi Teknik Elektro FT UNJANI).
Kegiatan ini dilaksanakan dengan latar belakang pemikiran bahwa pertanian dan perkebunan adalah tulang punggung kesejahteraan suatu bangsa. Konsumsi dan distribusi hasil pertanian dan perkebunan merupakan salah satu penggerak ekonomi masyarakat. Agar pertanian lebih mensejahterakan petaninya, maka perlu dibangun sistem yang memungkinkan pengoperasian yang lebih efisien, baik pada lahan sempit atau pada lahan yang lebih luas. Untuk keperluan tersebut, sistem otomasi pertanian sangat dibutuhkan.
Untuk memasyarakatkan kompetensi membangun sistem otomasi pertanian di kalangan kader petani, maka tim PPM yang bekerjasama dalam wadah Pusat Teknologi Instrumentasi dan Otomasi (PTIO) ITB menyelenggarakan rangkaian acara Pelatihan Sistem Otomasi Pertanian pada bulan Juni 2021. Acara dimulai dengan webinar pada tanggal 18 Juni 2021, pelatihan tatap muka untuk para kader kelompok tani di Cipacing Jatinangor pada tanggal 19 Juni serta pelatihan tatap muka untuk Komunitas Hidroponik Cimahi pada 20 Juni 2021.
Kurikulum pelatihan ini dirancang untuk secara cepat memberikan pengalaman membangun sistem otomasi dalam bidang pertanian, yang kemudian dengan mudah dikembangkan untuk berbagai aplikasi pertanian yang lebih kompleks. Pada webinar daring, Dr. Aep Supriyadi Dr. Estiyanti Ekawati, Dede Irawan Saputra, S.Pd., MT. dan Irvan Budiawan ST MT memberikan pembekalan mengenai aspek-aspek otomasi pertanian yang esensial dan dapat segera di terapkan untuk sistem pertanian.
Pelatihan dilanjutkan secara tatap mula di MTS Darul Hufad Hidroponik Farm di Dusun Bojong, Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor, Sumedang, serta Yayasan Darul Husna, Cimahi. Di tempat ini para mahasiswa mendemonstrasikan penerapan sistem otomasi pertanian pada sistem hidroponik DFT, NFT, rakit apung serta polybag pembibitan dan pertumbuhan kepada para anggota kelompok petani hidroponik di Jatinangor serta anggota Komunitas Hidroponik Cimahi.
Pada pelatihan tatap muka dengan protokol kesehatan ketat, para mahasiswa mendemonstrasikan pengukuran kelembapan lingkungan, kelembaban tanah dan suhu air menggunakan sensor elektronik. Data pengukuran sensor tersebut dikirimkan ke pengontrol mikro ESP8266. Berdasarkan data yang diterimanya, pengontrol ini mengatur operasi pompa mist, aerator, dan pompa nutrisi agar tercapai kondisi lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan tanaman. Pengontrol mikro ini juga dilengkapi fitur untuk mengirimkan data melalui jaringan internet. Data ini dapat diakses melalui telepon genggam. Melalui aplikasi ini, petani dapat dengan nyaman memantau data-data suhu, kelembaban, serta pengoperasikan pompa baik secara otomatis maupun manual.
Pelatihan ini disambut baik oleh para peserta. Perwakilan petani menyatakan sangat terbantu oleh pelatihan ini. Menurutnya, pelatihan ini menambah wawasan petani, sekaligus mengembangkan cara berpikir milenial, yang memanfaatkan berbagai gawai untuk memantau kondisi pertaniannya.
Kemampuan teknis dalam membangun, mengoperasikan dan memelihara sistem otomasi pertanian di kalangan kelompok tani perlu selalu dibangun melalui pembinaan yang reguler dan sistematis. Dukungan perangkat dan pelatihan sangat dibutuhkan untuk membangun kader yang menyadari pentingnya sistem otomasi dalam menunjang efisiensi operasi pertanian di lahan sendiri serta komunikasi dan koordinasi antar lahan. Setelah kesadaran ini terbentuk dan sistem otomasi menjadi bagian inheren dalam aktivitas pertanian, maka keberlangsungannya akan terpelihara dan terus berkembang. Di sinilah kompetensi Teknik Fisika, khususnya Instrumentasi dan Kontrol dapat mendukung pembangunan sistem pertanian yang efisien dan menyejahterakan petaninya.
Pelatihan dilanjutkan secara tatap mula di MTS Darul Hufad Hidroponik Farm di Dusun Bojong, Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor, Sumedang, serta Yayasan Darul Husna, Cimahi. Di tempat ini para mahasiswa mendemonstrasikan penerapan sistem otomasi pertanian pada sistem hidroponik DFT, NFT, rakit apung serta polybag pembibitan dan pertumbuhan kepada para anggota kelompok petani hidroponik di Jatinangor serta anggota Komunitas Hidroponik Cimahi.
Pada pelatihan tatap muka dengan protokol kesehatan ketat, para mahasiswa mendemonstrasikan pengukuran kelembapan lingkungan, kelembaban tanah dan suhu air menggunakan sensor elektronik. Data pengukuran sensor tersebut dikirimkan ke pengontrol mikro ESP8266. Berdasarkan data yang diterimanya, pengontrol ini mengatur operasi pompa mist, aerator, dan pompa nutrisi agar tercapai kondisi lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan tanaman. Pengontrol mikro ini juga dilengkapi fitur untuk mengirimkan data melalui jaringan internet. Data ini dapat diakses melalui telepon genggam. Melalui aplikasi ini, petani dapat dengan nyaman memantau data-data suhu, kelembaban, serta pengoperasikan pompa baik secara otomatis maupun manual.
Pelatihan ini disambut baik oleh para peserta. Perwakilan petani menyatakan sangat terbantu oleh pelatihan ini. Menurutnya, pelatihan ini menambah wawasan petani, sekaligus mengembangkan cara berpikir milenial, yang memanfaatkan berbagai gawai untuk memantau kondisi pertaniannya.
Kemampuan teknis dalam membangun, mengoperasikan dan memelihara sistem otomasi pertanian di kalangan kelompok tani perlu selalu dibangun melalui pembinaan yang reguler dan sistematis. Dukungan perangkat dan pelatihan sangat dibutuhkan untuk membangun kader yang menyadari pentingnya sistem otomasi dalam menunjang efisiensi operasi pertanian di lahan sendiri serta komunikasi dan koordinasi antar lahan. Setelah kesadaran ini terbentuk dan sistem otomasi menjadi bagian inheren dalam aktivitas pertanian, maka keberlangsungannya akan terpelihara dan terus berkembang. Di sinilah kompetensi Teknik Fisika, khususnya Instrumentasi dan Kontrol dapat mendukung pembangunan sistem pertanian yang efisien dan menyejahterakan petaninya.