Satu Minggu Kuliah Daring, Apa Kesan Mahasiswa Teknik Fisika ITB?

20 Maret, 2020

Sesuai dengan kebijakan ditutupnya kampus ITB secara sementara, Program Studi Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB) telah resmi melaksanakan program belajar daring (dalam jaringan/online) selama seminggu (5 hari kerja) terakhir. Sistem pembelajaran ini dimaksudkan agar membantu upaya pemerintah dan selaras dengan himbauan Presiden Joko Widodo terkait pembatasan sosial (social distancing) untuk mengurangi laju penyebaran dari pandemi COVID-19.

Dalam praktik proses pembelajaran daring, setiap dosen – sebagai pengampu mata kuliah – punya cara yang berbeda-beda dalam menjalankan pelaksanaannya. Ada dosen yang mulai untuk menggunakan aplikasi-aplikasi rapat online untuk mengadakan kuliah tatap muka versi jarak jauh. Kuliah jarak jauh ini terbukti masih dapat dilakukan secara efektif dengan melibatkan seluruh peserta kuliah. Tidak mau kalah kreatif, ada juga dosen yang membagikan materi presentasi yang telah dilengkapi dengan penambahan rekaman suara. Selain itu, ada juga dosen yang menggantikan kuliah tatap muka dengan pemberian rujukan buku, video bermanfaat, atau catatan/resume kuliah.

Sebagai usaha untuk membantu mahasiswa agar tetap produktif walau hanya berdiam di tempat tinggalnya masing-masing, serta sebagai indikator kesuksesan kegiatan pembelajaran, hampir seluruh dosen menggunakan metode pekerjaan rumah sebagai sarana evaluasi pembelajaran berbasis daring ini. Hal ini terlepas dari perbedaan metode-metode penyampaian para dosen dalam menyampaikan materi. Alhasil, beban tugas kuliah yang diberikan kepada mahasiswa dirasa cukup padat. Hal ini terlihat pada survey singkat yang dilakukan oleh Kaprodi Sarjana TF, Prof. Brian Yuliarto, terkait aksesibilitas mahasiswa dengan situs kuliah daring di lingkungan prodi TF yang juga dijawab oleh mahasiswa prodi lain di ITB seperti yang nampak pada gambar dibawah ini.

Setelah satu minggu menjalani kuliah melalui metode daring, banyak kesan yang diberikan oleh mahasiswa terkait perubahan aktivitas keseharian serta setelah menghadapi berbagai metode pembelajaran daring (secara penuh) di ITB, khususnya Program Studi Teknik Fisika.

Misalnya, Mikha Hilliard, salah seorang mahasiswa Teknik Fisika 2018 (tingkat-2), yang merasa kesulitan untuk belajar kuliah-kuliah yang dasar hanya dari pembelajaran daring.”Saya merasa ada kuliah-kuliah yang bukunya tidak mengajarkan dengan terang dan spesifik, biasanya kekurangan-kekurangan buku tersebut dilengkapi oleh penjelasan dosen,” ucap Mikha. Namun, ia merasa fisiknya lebih prima sejak diadakannya metode perkuliahan daring.”Soalnya jam belajarnya (dan kecepatan belajarnya) kan kita yang atur,”jelas dia.

Jawaban Mikha setali tiga uang dengan kakak tingkatnya, Hans Kusuma, Teknik Fisika 2017. Hans juga tidak merasakan beban berlebihan dalam metode perkuliahan jarak jauh.”Paling ada pemberian tugas yang lebih banyak daripada waktu perkuliahan tatap muka, tapi menurut saya itu jadi menuntut saya agar tetap belajar,” jawab Hans. Hal yang lebih ia sayangkan adalah kebijakan penutupan kampus.”Saya punya kebiasaan olahraga setiap minggu di Saraga ITB (sebuah fasilitas olahraga di ITB), sekarang jadi sudah tidak bisa dilakukan, ” ujarnya. Selain itu, karena kebijakan tersebut, Hans juga menyayangkan non-aktifnya himpunan.”Program kerja dari himpunan agendanya jadi berantakan, padahal sudah direncanakan yang bagus-bagus. Terus, kumpul-kumpul buat ketawa dan berbagi sama teman-teman jadi tidak ada,” tambahnya.

Sedikit berbeda dengan dua mahasiswa sebelumnya, Diana Vitonia, Teknik Fisika 2016, tidak merasakan perbedaan ritme perkuliahan yang terlalu jauh akibat perubahan metode pembelajaran.”Saya kan sudah tingkat akhir, jadi kalau kuliah sih tidak terlalu terasa, kalau untuk tugas akhir (TA) itu baru sangat terasa,” kata Diana. Ia meyakini, tidak hanya dia, tetapi semua mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir pasti akan merasa sangat terhambat.”Banyak TA yang harus mengerjakan hal fisik yang hanya bisa dikerjakan di kampus, alatnya tidak bisa dibawa pulang ke tempat tinggal, jadi ya, mahasiswanya harus berganti fokus ke menulis dulu,” jelas Diana. Untuk wisuda, Diana sendiri tidak punya ekspektasi besar. Ia hanya berharap wabah bisa cepat membaik atau, kalau pun tidak, ITB punya mekanisme yang tepat untuk mahasiswanya.

Terakhir, ada juga pendapat menarik dari Michael Yosua, Teknik Fisika 2016. Ia mengatakan bahwa ia merasa belum cocok dengan metode pembelajaran daring yang ada. “Saya merasa ada yang hilang dalam proses belajar saya biasanya, saya kehilangan situasi kelas yang penuh dengan curiosity teman-teman sekelas. Saya juga jadi kehilangan momen berdiskusi langsung baik dengan teman sekelas mau pun dosennya,” cerita Michael. Oleh karena itu, secara pribadi, ia meyakini bahwa metode pembelajaran daring ini belum bisa menggantikan esensi pembelajaran yang ada pada kuliah tatap muka.

Reporter/Penulis : Ferio Brahmana (Teknik Fisika 2017)

Editor : Narendra Kurnia P.