Mahasiwa Teknik Fisika Beserta Tim Ganeshantuy Berhasil Meraih Prestasi dalam ASHRAE Design Competition and Applied Engineering Challenge

5 Agustus, 2020

Hasil Desain Bangunan Perkantoran Tim Ganeshantuy

Bandung, tf.itb.ac.id – Mahasiswa Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (TF ITB) kembali membuktikan kemampuannya lewat keberhasilan mereka meraih peringkat kedua pada ASHRAE Design Competition and Applied Engineering Challenge. Mahasiswa tersebut ialah Rezky Mahesa Nanda dan Ahmad Revo Gucci – keduanya merupakan angkatan 2017 – yang tergabung dalam Tim Ganeshantuy dalam kategori Applied Engineering Challenge. Dalam kategori yang mereka ikuti tersebut, para peserta diminta untuk mengerjakan suatu desain bangunan dan menyelesaikan permasalahan terkait Builiding Automation Systems (BAS). Tim Ganeshantuy sendiri terdiri dari beberapa mahasiswa lintas keilmuan termasuk di dalamnya mahasiswa Teknik Arsitektur, Teknik Informatika, dan Teknik Mesin dengan bimbingan dari Ir. Wisnu Hendradjit, MSCE dan Adrian Rizqi Irhamna, ST, MT.

“Untuk perlombaan ini, kami merancang sebuah bangunan perkantoran di Kalimantan dan menentukan parameter-parameter keadaan termal dan aliran udaranya sesuai dengan standar ASHRAE, “ ujar Rezky sebagai ketua tim menjelaskan. Pemilihan Kalimantan sebagai lingkungan acuan juga bukan tanpa alasan. Menurut Rezky, dengan adanya wacana pemindahan ibukota ke Kalimantan, riset, pembahasan, dan sejenisnya di Indonesia akan menjadi sangat kontekstual jika beririsan dengan pulau tersebut. “Kami juga meyakini bahwa isu lingkungan dan energi tentu akan menjadi hal utama dalam perencanaan lingkungan di sana ke depannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan rancangan desain kami yang disertai BAS bisa menjadi referensi yang baik juga ke depannya, “ tambah Rezky.

Dalam mencapai kemenangan tersebut, Rezky sebagai ketua tim membagi manajemen tim dalam tiga divisi yakni divisi arsitektur, mekanik, dan informatika. Dengan strategi tersebut, mereka berhasil menciptakan lingkungan kerja yang efektif, efisien, serta terstruktur dalam menyelesaikan target-target yang telah disusun. “Jadi, tim arsitektur akan terlebih dahulu membuat desain dari bangunan, lalu desain tersebut akan diserahkan pada tim mekanik untuk ditelaah terkait komponen fisisnya, dan akhirnya disempurnakan implementasinya oleh tim informatika, “ sebut Rezky.

“Seluruh proses terbantu lewat bimbingan yang komprehensif dan detil dari kedua pebimbing, “ sebut Revo. Menurutnya, para pembimbing tersebut dengan sangat baik menjelaskan dan memberikan pandangan terkait identifikasi masalah maupun pemahaman akan persoalan teknis. “Walaupun memang tidak semuanya bisa kami, sebagai tim, penuhi karena keterbatasan waktu juga, “ lanjut Revo.

Namun, walau begitu, menurut Rezky, keberhasilan Ganeshantuy bisa meraih tiga besar bersama dengan tim ITB lainnya dan satu tim dari Ekuador disebabkan oleh keberhasilan mereka melakukan inovasi dalam penentuan temperatur yang nyaman di dalam ruang. “Kami menemukan bahwa standar ASHRAE masih bisa dikoreksi dengan metode lain seperti PMV (Predicted Mean Vote), “ terang Rezky. Lalu, sebagai bagian dari rancangan BAS mereka, sistem PMV tersebut akan terintegrasi dengan perangkat user di ruangan dan akan dapat diakses secara langsung oleh operator sehingga kenyamanan termal dalam ruangan akan dapat terus dijaga dan memuaskan lebih banyak pihak. “Sebenarnya, jika kami punya cukup sumber daya dan waktu, rancangan bisa lebih disempurnakan lewat simulasi termal yang belum kami sediakan dalam ajuan rancangan kami, “ tambah Revo.

Terakhir, Rezky dan Revo sama-sama merasakan bahwa selama mengikuti lomba dari ASHRAE ini, mereka juga sekaligus menyadari terkait betapa bergunanya ilmu yang mereka pelajari selama ini di dalam kelas. “Mempelajari keilmuan Teknik Fisika, terutama Sistem Energi Termal dan Fisika Bangunan, sangat membantu bagi saya dalam memahami dan membaca baku dari ASHRAE termasuk juga untuk kepentingan komunikasi dengan keilmuan lain, “ ucap Revo. Begitu pun dengan Rezky, dia juga meyakini bahwa apa yang selama ini ia pelajari dalam keilmuan Teknik Fisika benar-benar membantunya dalam memimpin Tim Ganeshantuy. “Sebagai seorang mahasiswa Teknik Fisika, saya bisa melihat gambaran besar dari persoalan yang dihadapi begitu juga dengan alternatif solusinya. Teknik Fisika benar-benar memberikan saya bekal yang besar dalam menyelesaikan persoalan kerekayasaan, “ tutup Rezky.

 

Penulis : Ferio Brahmana (Teknik Fisika 2017)

Editor : Narendra Kurnia P.